It has been a long time; I never use my time to take a ‘look’.
Cleaner Streets using their broomstick helps us as a driver or pedestrian. I meet them in at 6 am, sometimes on Sunday; they are become my first friends. Is that from willingness that they want to clean the street? I ever asked one of them, if the weather is bad, the uniform is wrapped by raincoat, and they still clean the street. They said that they didn’t have other option to earn the salary.
Since on elementary school till now, I love walking as pedestrian, and by that, I meet ‘silent’ of experiences. It’s not make sense as logically, but it’s happened. The sitting woman sold the small wrapped macaronis only 2000 rupiahs, while her sides were selling phone casing, batagor, veils and bros.
Or other woman, she always sits beside the school sold ‘tempe mendoan’. Her physic can’t be tolerated as a healthy man. Her half face, hand, foot were swollen. I never know what real happen with her, but she tried harder to sell her tempe although the product became rotten by the time.
The most enchanted it is the man brings his bicycle. He got paralyzed on his left foot and quite humpbacked. He can’t ride his bike, but he always pushes the bike slowly. His steps never catch normal people did. On that bike, there is, bracket filled water, and wood box. He loves black wearing kopiah and sarung. Sometimes, I meet him together a person who helped his for across the street. I really didn’t know what did he sell, but he stayed on traditional market, walked loitering.
If you walked along on pasar rumput after 9PM, you will walk together with ‘pemulung’, watched them collect the plastic glass, and counting it, or unintentional, you will see people take a bath, wash their face under the bridge, precisely close to kanal bridge, and railway track.
Gasoline seller on the street closed to my home, a family live next to River Bridge, parents and one boy. The parents shift their time in sleep on mattress while drivers on the street want to buy gasoline. They have warm heart, never talk insolently. Willingness their heart to stay along days on the street, breathe with gasoline, makes me grateful that Jakarta’s life makes us to redefine willingness.
When I was a volunteer in NGO which concerned to blind people in Jakarta, I realized that even I have to catch long distance to arrived that place, but when I meet people with working together with me, same vision, and have same ‘smile’ for some reasons, at those night I feel very grateful, and thinks harder how to handle my activities so that can catch that place more. Proved, this activity makes me open-mind for disable people and how to treat them more polite.
It does not mean taciturn, but see accurately sometimes makes me more open-minded. What we look and hear, it doesn’t mean the fact, it’s like huge puzzle that need time by time to solve, sometimes, the formula doesn’t match, sometimes the key to open the answer never work because there is other keys need to be found.
dee putri
Selasa, 14 Februari 2012
Selasa, 07 Februari 2012
welcome back the real me!
It has been a long time I'm not post something in here. Now, after finishing my bachelor study, I'm continuing my study for the next level. My experience teach different level makes me have a little bit understanding about 'what is education'. Somehow, we don't care about what people do as they never touching with the 'one'. I mean, sometimes we never care what people do and what they think. We just focused for our own world. That's why we never care lot with people in our surroundings.
If I were a parent, I must push his/her teacher to do much much better for my kid. But, nobody's perfect, right?and it makes we never care what people do, they only care for their kids. They don't realize that their behave is watching by their own kids. If the parent wanna divorce, or fight with yelling in their room, their kids can hear it. And they don't know why their parents talk louder, and sometimes they see bad physical contact. It's so bad to know this.
Other case, their parents are so busy! They come home at 9pm, and their kids are already slept. So, how many time are they talk to their kids? (Continue)
If I were a parent, I must push his/her teacher to do much much better for my kid. But, nobody's perfect, right?and it makes we never care what people do, they only care for their kids. They don't realize that their behave is watching by their own kids. If the parent wanna divorce, or fight with yelling in their room, their kids can hear it. And they don't know why their parents talk louder, and sometimes they see bad physical contact. It's so bad to know this.
Other case, their parents are so busy! They come home at 9pm, and their kids are already slept. So, how many time are they talk to their kids? (Continue)
Senin, 12 April 2010
Send-a-Problem
My translation was still weird, in spite of I could catched the point, couldn’t you?
It takes a long time to make a summary:
Here’s the theory, tells about Send-a-Problem method, a kind of cooperative learning, check it out!
Thanks to Mrs. Millis
Kira-kira beginilah terjemahannya:
Struktur Send-a-Problem memberikan kesempatan siswa untuk memilih persoalan mereka sendiri dan untuk ikut berpartisipasi dalam proses problem solving kelompok mereka. Sumber jelasnya tidak pasti, tapi teori ini berasal dari Howard County, Staf Pusat Pengembangan Maryland 1989, oleh Kagan yang berorientasi penuh kepada strukur Send-a-Problem dengan memutar kartu yang berisi materi yang dipelajari.
Untuk memulai Send-a-Problem, guru harus memiliki pegangan soal untuk pembelajaran terstruktur tiap kelompok yang dapat diselesaikan mereka. Guru dapat menentukan tema, tapi siswa dapat lebih jauh “mendalami” kegiatan Send-a-Problem jika mereka terlibat sejak awal. Memakai teknik Roundtable atau Problem-Solving Terstruktur, kelompok mampu menyusun daftar topik yang ingin diselesaikan di kelas atau sesi selanjutnya.
Untuk memulai tahap problem-solving Send-a-Problem, guru memberikan amplop dengan satu soal untuk dikirim ke kelompok lain. Guru menentukan batasan waktu. Guru memberikan amplop ke kelompok satu per satu. Dalam kelas besar, beberapa kelompok dapat mengerjakan secara serempak satu soal yang sama dengan catatan kelompok-kelompok tersebut tidak duduk berdekatan.
Dalam kelas kecil, tiap kelompok dapat memilih soal mereka sendiri, dengan ketersediaan waktu yang ada. Guru memberikan pilihan soal dengan di selembar kertas, papan tulis, atau di OHP/ slide. Setiap kelompok belajar-terstruktur kemudian mengurutkan pilihan mereka. Topik lalu disepakati kelompok masing-masing. Jika waktu terbatas, guru mungkin dapat memanggil seorang anggota kelompok (yang dicirikan melalui angka, permainan kartu, atau warna) untuk mengadakan pilihan kelompoknya. Saat membalik kertas digunakan, anggota kelompok mendesak untuk mengirimkan amplop dan pilihan soal mereka mulai dikirim ke kelompok lain.
Sesekali tiap kelompok memiliki soal spesifik untuk dikerjakan, kegiatan menghasilkan dalam cara struktur lebih tinggi: (1) Tiap kelompok mendiskusikan masalah khusus yang telah dipilih dan menghasilkan dengan berbagai susunan sebanyak mungkin jawaban; jawaban lalu ditulis di selembar kertas dan dimasukkan ke dalam amplop. Nama kelompok dapat diletakkan di bagian atas lembar jawaban, (2) kelompok dikirim pindah ke kelompok lain dengan tidak membuka isi amplop. Kelompok itu, hanya melihat soal tanpa melihat jawaban kelompok lain, mengerjakan soal yang sama dan mendiskusikan solusi, menempatkan jawaban mereka dalam amplop, (3) Amplop dikirim lagi, tapi kali ini, kelompok membuka dalam amplop dan melihat jawaban dari dua kelompok lain. Mereka dapat menambah tambahan jawaban atau menggabungkan yang diberikan dua kelompok. Tugas utama kelompok terakhir, untuk menilai dua jawaban yang mungkin dari soal yang diajukan. Jika dimungkinkan, mereka dapat memberi bintang atau ceklist untuk jawaban terbaik.
Setiap langkah diperhitungan dengan hati-hati. Guru membutuhkan si-penjaga-waktu untuk jatah alokasi masing-masing waktu. Send-a-Problem dapat digunakan secara sukses seperti kegiatan berdiskusi tiap kelompok “secara cepat” dengan memberikan banyak jawaban dengan waktu terbatas. Kebanyakan, struktur digunakan sebagai sarana diskusi yang penuh arti, melalui tahap sintesis dan evaluasi, dan creative problem-solving. Hal ini terdapat di Taksonomi Bloom (1956) dikenal bahwa kegiatan ini membawa siswa ke dalam level atas berpikir kritis karena setiap langkah akhir membutuhkan evaluasi yang memuaskan.
Laporan kelompok dapat membuat sesi penutup yang bermanfaat. Pelapor-kelompok mengumumkan soal yang mereka berempat diskusikan, dua jawaban telah mereka putuskan, dan jika memungkinkan, kelompok atau kelompok atau beberapa kelompok yang mengusulkan tersebut. Kreativitas dan multi jawaban menguatkan nilai kerangkat tim-kerja.
Send-a-Problem dapat memiliki berbagai tujuan. Kagan menekankan struktur pembelajaran kooperatif dapat memajukan akademik dan keterampilan sosial. Guru akan mendapatkan Send-a-Problem dapat berguna untuk mengulang materi sebelumnya. Guru memberikan kuis atau pertanyaan latihan yang berdasarkan amplop-amplop, atau siswa dapat membuat pertanyaan-pertanyaan yang mungkin. Kegiatan menghasilkan seperti yang di atas, tapi pada tahap terakhir siswa mensintesis jawaban atau mungkin menentukan jawaban terbaik yang ada di dalam amplop. Untuk memperbanyak latihan, amplop dapat dipindah lebih dari sekali. Jika terdapat 5 perpindahan, maka tiap kelompok mendiskusikan lima jawaban berbeda.
Untuk contoh bidang disiplin ilmu hitung seperti matematika, dapat mengenai masalah dengan beragam pendekatan ke “masalah berasal dari bawah.” Berpusat isu pada masalah yang sulit yang tidak memiliki jawaban benar. Konsep Send-a-Problem tidak hanya dibatasi pada topik. Dalam penempatan soal amplop, geologis dapat membahas indentifikasi bebatuan; guru bahasa inggris dapat membuat beragam kartun judul gambar, membahas tentang bahasa yang dipelajari.
It takes a long time to make a summary:
Here’s the theory, tells about Send-a-Problem method, a kind of cooperative learning, check it out!
Thanks to Mrs. Millis
Kira-kira beginilah terjemahannya:
Struktur Send-a-Problem memberikan kesempatan siswa untuk memilih persoalan mereka sendiri dan untuk ikut berpartisipasi dalam proses problem solving kelompok mereka. Sumber jelasnya tidak pasti, tapi teori ini berasal dari Howard County, Staf Pusat Pengembangan Maryland 1989, oleh Kagan yang berorientasi penuh kepada strukur Send-a-Problem dengan memutar kartu yang berisi materi yang dipelajari.
Untuk memulai Send-a-Problem, guru harus memiliki pegangan soal untuk pembelajaran terstruktur tiap kelompok yang dapat diselesaikan mereka. Guru dapat menentukan tema, tapi siswa dapat lebih jauh “mendalami” kegiatan Send-a-Problem jika mereka terlibat sejak awal. Memakai teknik Roundtable atau Problem-Solving Terstruktur, kelompok mampu menyusun daftar topik yang ingin diselesaikan di kelas atau sesi selanjutnya.
Untuk memulai tahap problem-solving Send-a-Problem, guru memberikan amplop dengan satu soal untuk dikirim ke kelompok lain. Guru menentukan batasan waktu. Guru memberikan amplop ke kelompok satu per satu. Dalam kelas besar, beberapa kelompok dapat mengerjakan secara serempak satu soal yang sama dengan catatan kelompok-kelompok tersebut tidak duduk berdekatan.
Dalam kelas kecil, tiap kelompok dapat memilih soal mereka sendiri, dengan ketersediaan waktu yang ada. Guru memberikan pilihan soal dengan di selembar kertas, papan tulis, atau di OHP/ slide. Setiap kelompok belajar-terstruktur kemudian mengurutkan pilihan mereka. Topik lalu disepakati kelompok masing-masing. Jika waktu terbatas, guru mungkin dapat memanggil seorang anggota kelompok (yang dicirikan melalui angka, permainan kartu, atau warna) untuk mengadakan pilihan kelompoknya. Saat membalik kertas digunakan, anggota kelompok mendesak untuk mengirimkan amplop dan pilihan soal mereka mulai dikirim ke kelompok lain.
Sesekali tiap kelompok memiliki soal spesifik untuk dikerjakan, kegiatan menghasilkan dalam cara struktur lebih tinggi: (1) Tiap kelompok mendiskusikan masalah khusus yang telah dipilih dan menghasilkan dengan berbagai susunan sebanyak mungkin jawaban; jawaban lalu ditulis di selembar kertas dan dimasukkan ke dalam amplop. Nama kelompok dapat diletakkan di bagian atas lembar jawaban, (2) kelompok dikirim pindah ke kelompok lain dengan tidak membuka isi amplop. Kelompok itu, hanya melihat soal tanpa melihat jawaban kelompok lain, mengerjakan soal yang sama dan mendiskusikan solusi, menempatkan jawaban mereka dalam amplop, (3) Amplop dikirim lagi, tapi kali ini, kelompok membuka dalam amplop dan melihat jawaban dari dua kelompok lain. Mereka dapat menambah tambahan jawaban atau menggabungkan yang diberikan dua kelompok. Tugas utama kelompok terakhir, untuk menilai dua jawaban yang mungkin dari soal yang diajukan. Jika dimungkinkan, mereka dapat memberi bintang atau ceklist untuk jawaban terbaik.
Setiap langkah diperhitungan dengan hati-hati. Guru membutuhkan si-penjaga-waktu untuk jatah alokasi masing-masing waktu. Send-a-Problem dapat digunakan secara sukses seperti kegiatan berdiskusi tiap kelompok “secara cepat” dengan memberikan banyak jawaban dengan waktu terbatas. Kebanyakan, struktur digunakan sebagai sarana diskusi yang penuh arti, melalui tahap sintesis dan evaluasi, dan creative problem-solving. Hal ini terdapat di Taksonomi Bloom (1956) dikenal bahwa kegiatan ini membawa siswa ke dalam level atas berpikir kritis karena setiap langkah akhir membutuhkan evaluasi yang memuaskan.
Laporan kelompok dapat membuat sesi penutup yang bermanfaat. Pelapor-kelompok mengumumkan soal yang mereka berempat diskusikan, dua jawaban telah mereka putuskan, dan jika memungkinkan, kelompok atau kelompok atau beberapa kelompok yang mengusulkan tersebut. Kreativitas dan multi jawaban menguatkan nilai kerangkat tim-kerja.
Send-a-Problem dapat memiliki berbagai tujuan. Kagan menekankan struktur pembelajaran kooperatif dapat memajukan akademik dan keterampilan sosial. Guru akan mendapatkan Send-a-Problem dapat berguna untuk mengulang materi sebelumnya. Guru memberikan kuis atau pertanyaan latihan yang berdasarkan amplop-amplop, atau siswa dapat membuat pertanyaan-pertanyaan yang mungkin. Kegiatan menghasilkan seperti yang di atas, tapi pada tahap terakhir siswa mensintesis jawaban atau mungkin menentukan jawaban terbaik yang ada di dalam amplop. Untuk memperbanyak latihan, amplop dapat dipindah lebih dari sekali. Jika terdapat 5 perpindahan, maka tiap kelompok mendiskusikan lima jawaban berbeda.
Untuk contoh bidang disiplin ilmu hitung seperti matematika, dapat mengenai masalah dengan beragam pendekatan ke “masalah berasal dari bawah.” Berpusat isu pada masalah yang sulit yang tidak memiliki jawaban benar. Konsep Send-a-Problem tidak hanya dibatasi pada topik. Dalam penempatan soal amplop, geologis dapat membahas indentifikasi bebatuan; guru bahasa inggris dapat membuat beragam kartun judul gambar, membahas tentang bahasa yang dipelajari.
Kamis, 12 November 2009
Upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam mengevaluasi soal pada materi Pangkat, Akar dan Logaritma dengan menggunakan metode Send-A-Problem
Send-A-Problem
Each student on a team writes a question and the team agrees on the correct response. All questions are compiled and sent to another team. The receiving team confers and responds with written answers. The sending team verifies the accuracy of the responses and has an opportunity to discuss and clarify any questions that may have arisen.
does anyone have another source?
please replay
Each student on a team writes a question and the team agrees on the correct response. All questions are compiled and sent to another team. The receiving team confers and responds with written answers. The sending team verifies the accuracy of the responses and has an opportunity to discuss and clarify any questions that may have arisen.
does anyone have another source?
please replay
Senin, 20 Juli 2009
Langganan:
Postingan (Atom)